Enzo Maresca: Juara Piala Dunia Antarklub yang Gemar Catur [Instagram Enzo Maresca]
Bolatimes.com - Enzo Maresca dikenal sebagai penggila catur.
Dalam tesis kepelatihannya di Coverciano, ia menulis tentang bagaimana prinsip-prinsip catur bisa diterapkan di lapangan hijau.
"Seorang pelatih bisa mendapatkan banyak keuntungan dari kemampuan berpikir seorang pecatur," tulisnya dalam karya berjudul Fútbol y Ajedrez.
Baca Juga: Hasil Timnas Indnonesia U-23 vs Brunei: Skuat 54 Miliar Gulung Tim Rp800 Juta
Filosofi itu terlihat jelas di final kontra PSG.
Seperti di papan catur, Maresca menyusun skema permainan bagaikan strategi bertahan kuat, lalu menyerang dengan tajam dan cerdas.
Di atas lapangan, Cole Palmer tampil sebagai “raja”, Cucurella sebagai “benteng”, dan Maresca sebagai “grandmaster” yang mengeksekusi skakmat di atas lapangan.
Baca Juga: Liverpool Rela Bayar Rp2 T Demi Vinicius Junior, Real Madrid Ikhlas Lepas?
Karier Maresca tak dibangun dalam semalam.
Ia sempat menjadi asisten Manuel Pellegrini di West Ham dan bekerja bersama Pep Guardiola di Manchester City.
Ia juga belajar dari Fulvio Fiorin, pelatih yang kini mengenang Maresca sebagai sosok dengan ambisi besar dan otak brilian.
Baca Juga: Gebuk Malaysia U-23, Abang Banatao: Next, Timnas Indonesia
“Setelah latihan, dia selalu menyempatkan diri membaca buku. Ia mengagumi filosofi, neuroilmu, dan membangun pendekatan sistemik terhadap sepak bola,” ujar Fiorin kepada La Gazzetta dello Sport.
Ketika melatih bersama Fiorin di Ascoli, Maresca sudah menunjukkan visinya, futbol proaktif.
Membangun serangan dari belakang, menjadikan bek tengah sebagai pengatur permainan, dan memanfaatkan data serta analisis video secara maksimal—bahkan sempat mencoba membeli drone untuk evaluasi latihan.
Baca Juga: Manchester United Bidik Eks Bintang Bayern Munich: Solusi Pengganti Eriksen?
Di partai final, Maresca menyingkirkan semua kekuatan PSG. Luis Enrique, pelatih PSG yang sarat pengalaman, tampak tak berdaya menghadapi pendekatan taktis Chelsea.
Semua keunggulan PSG berhasil dinetralisir. Mereka dibuat tampak biasa-biasa saja—sesuatu yang sudah lama tidak terjadi.
"Sebuah final yang sempurna," puji banyak pengamat.
Chelsea bermain tenang, disiplin, dan penuh strategi. Maresca tidak hanya memenangkan trofi, ia menaklukkan PSG secara intelektual.
Kontributor: Adam Ali