Kericuhan Laga Fenerbache Vs Besiktas di Semifinal Piala Turki

Derbi Istanbul antara Fenerbache versus Besiktas berakhir dengan kericuhan.

Jum'at, 20 April 2018 | 11:17 WIB
Pelatih Besiktas, Senul Gunes. (sumber: twitter/@suporterfc).

Pelatih Besiktas, Senul Gunes. (sumber: twitter/@suporterfc).

Bolatimes.com - Pertandingan semifinal leg kedua Piala Turki antara Fenerbache kontra Besiktas di Stadion Istanbul, Kamis (19/4/2018) berakhir ricuh. Pelatih Besiktas, Senol Gunes, menerima luka di kepala setelah menerima lemparan benda dari tribun penonton. Akibatnya, lima jahitan pun tak bisa dihindarkan.

Kejadian bermula saat tiba-tiba Gunes terjatuh dan mencengkeram kepalanya dengan kesakitan pada menit ke-58 usai sebuah benda meluncur ke kepalanya.

Petugas membantunya berdiri, tetapi ketika ia dibawa ke lorong untuk perawatan, satu objek lain memukul pelatih 65 tahun itu lalu pingsan. Pria yang juga sempat menangani Timnas Turki selama empat tahun itu pun harus dilarikan ke rumah sakit dengan luka di kepalanya.

Tak hanya itu, asisten pelatih Besiktas, Erdinc Gultekin juga terluka. Dikabarkan ia terlibat kekacauan saat berada di lorong pemain.

Akar kerusuhan

Pertandingan Besiktas kontra Fenerbache berakhir sama kuat pada leg pertama semifinal Piala Turki. Bermain di Stadion Vodafone, Istanbul, pertandingan berakhir imbang 2-2.

Besiktas dicetak oleh Alvaro Negredo dan Talisca, sementara gol Fenerbache dilesatkan oleh Soldado dan Sener Ozbayrakli.

Pada leg kedua, menang menjadi harga mati untuk bisa melaju partai final. Laga Fenerbache kontra Besiktas pun berlangsung panas sejak awal pertandingan. Pada babak pertama empat kartu kuning telah tercipta. Masing-masing satu untuk tuan rumah dan tiga untuk para pemain Besiktas.

Bahkan bek Besiktas, Pepe, harus terusir saat menit baru berjalan 30 menit. Mantan pemain Real Madrid itu melakukan pelanggaran keras terhadap gelandang Fenerbache, Josef Souza.

Bek Besiktas, Pepe (sumber: twitter/@brfootball).

Namun, aksi Pepe tidak begitu mengejutkan. Menurut Goal, lima dari enam pertemuan kedua tim kerap memunculkan baik kartu kuning juga merah.

Akibat kerusuhan tersebut, FA Turki akan memutuskan kembali laga ulangan leg kedua antara Fenerbache versus Besiktas, kemungkinan akan tanpa suporter.

Pemenang pada laga tersebut akan menghadapi Akhisarspor, yang mengejutkan telah menumbangkan Galatasaray 2-0 sekaligus menjadi tim pertama yang lolos ke final.

Sejarah Derbi Istanbul yang terkenal mengerikan

Ilustrasi derbi Istanbul (sumber: jomec.co.uk).

Besiktas sebagai kesebelasan tertua di Turki yang terlahir di 1903. Namun, di Istanbul juga ada dua kesebelasan lain yang tak kalah kuat yakni Galatasaray dan Fenerbache yang menciptakan sebuah Derbi Istanbul ketika ketiga klub tersebut bersua.

Ciri khas dari derbi itu yakni penjualan tiket yang selalu habis, dukungan keras sepanjang pertandingan, dan saling ejek koreografi antarpendukung kedua kesebelasan sebelum sepak mula.

Dentuman drum, bendera maupun poster raksasa, red flare (suar), smoke bomb (bom asap), digunakan untuk diciptakan kemegahan visual dan memberikan tekanan kepada psikologis lawan di lapangan.

Bahkan, menurut Fourfourtwo, Derbi Istanbul merupakan derbi terbesar nomor enam di dunia.

Kekerasan suporter Fenerbache ini bukan pertama kali, paling terakhir insiden mengerikannya suporter Fenerbache sempat tergambar pada Derbi Istanbul antara Galatasaray dan Fenerbahçe, Minggu, (22/10/2017) di kandang Galatasaray, Stadion Turk Telekom Arena, Istanbul, Turki.

Saat itu pendukung Fenerbache tengah kesal karena pemain sayap tim tuan rumah, Younes Belhanda diberi kartu kuning kedua karena melakukan diving.

Suporter yang marah tim kesayangannya harus bermain dengan 10 pemain, justru melampiaskan kekesalannya pada asisten wasit Tark Ongun.

Suporter Galatasaray mulai melempari Ongun dengan botol dan berbagai macam benda mengenai kepalanya. Namun, Ongun tetap bertahan di tepi lapangan untuk melaksanakan tugasnya.

Sayangnya keadaan justru makin parah. Semakin banyak benda dilemparkan ke arah Ongun seperti minuman, bendera, dan korek api hingga memaksa sang assisten wasit untuk meringkuk dan melindungi kepalanya.

Derbi Istanbul selalu mengisahkan cerita yang selalu menyita publik dunia. Gengsi antar suporter dan tim memang terasa wajar dari sebuah rivalitas klub dalam satu daerah, tetapi aturan FIFA tetap wajib ditegakkan karena sepak bola sejatinya merupakan sebatas ajang pertandingan di dalam lapangan.

Hal tersebut terpampang jelas dari prinsip FIFA 'For the Game. For the World' atau untuk permainan, untuk Dunia.

Bolatimes.com/Irwan Febri Rialdi

Berita Rekomendasi
Berita Terkait
TERKINI

Marc Bernal, gelandang muda Barcelona yang sedang naik daun, menjadi sasaran pesan politik dari warga lokal

boladunia | 18:45 WIB

Selain Denny Landzaat, ada juga pelatih keturunan Suriname, Urby Emanuelson juga dirumorkan jadi kandidat kuat

boladunia | 14:50 WIB

Langkah Boca Juniors di ajang Piala Dunia Antarklub 2025 harus tersandung setelah mereka dikalahkan Bayern Munich 1-2

boladunia | 12:47 WIB

Florian Wirtz resmi bergabung dengan Liverpool

boladunia | 12:46 WIB

FC Utrecht menunjukkan keyakinan besar terhadap pemain keturunan Indonesia, Miliano Jonathans.

boladunia | 22:37 WIB

FC Twente sudah tak sabar ingin bek Timnas Indonesia, Mees Hilgers untuk segera hengkang.

boladunia | 22:23 WIB

Bek kiri Timnas Indonesia, Calvin Verdonk, kembali menjadi incaran serius klub Eredivisie.

boladunia | 22:11 WIB

Jose Mourinho ternyata sempat menjadi salah satu kandidat kuat pelatih Italia menggantikan Luciano Spalletti.

boladunia | 21:51 WIB

Selama hampir dua dekade, Messi dan Ronaldo mendominasi panggung sepak bola dunia.

boladunia | 21:00 WIB

Pelatih PSG asal Spanyol, Luis Enrique mengejutkan membuka peluang untuk melatih klub-klub besar Amerika Selatan

boladunia | 20:47 WIB

Laga yang berlangsung sengit ini menjadi milik wakil Amerika Serikat berkat aksi magis Lionel Messi lewat sebuah gol tendangan bebas fenomenal.

boladunia | 19:46 WIB

Penunjukkan Dejan Djurdjevic sebagai pelatih sementara Timnas China menuai gelombang kritik tajam

boladunia | 19:26 WIB

Setelah gagal lolos ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, Federasi Sepak Bola China (CFA) memutuskan mengakhiri kerja sama dengan Ivankovic.

boladunia | 19:14 WIB

Laga yang digelar di Rose Bowl, Pasadena, California, Jumat (20/6) waktu setempat, diwarnai dengan bentrokan fisik besar-besaran antar suporter PSG dan Botafogo

boladunia | 18:29 WIB

Juventus menunjukkan kelasnya di ajang Piala Dunia Antarklub 2025 setelah membantai wakil Uni Emirat Arab, Al Ain

boladunia | 21:45 WIB

Kabar kurang sedap datang dari pemain naturalisasi Malaysia, Jon Irazabal.

boladunia | 18:49 WIB

Jakarta resmi ditunjuk oleh FIFA sebagai pusat kegiatan regional untuk kawasan Asia Tenggara dan Asia Timur.

boladunia | 18:39 WIB

Tran Quoc Tuan menegaskan bahwa Vietnam tidak akan mengikuti jejak Indonesia dan Malaysia yang melakukan naturalisasi massal.

boladunia | 18:29 WIB
Tampilkan lebih banyak