Petuah Luis Enrique untuk Sepak Bola Italia Agar Tak Membosankan [Instagram Luis Enrique]
Bolatimes.com - Luis Enrique kini bisa dibilang sebagai pelatih terbaik dunia. Namun, ia pernah mengalami masa sulit saat menangani AS Roma pada musim 2011/2012.
Dalam sebuah wawancara emosional dengan La Gazzetta dello Sport, Walter Sabatini, mantan direktur olahraga Roma, membuka kisah di balik kegagalan Enrique di Italia yang kala itu penuh tekanan dan ketidakadilan.
Luis Enrique direkrut setelah pihak Roma terkesima dengan gaya bermain tim Barcelona B yang kala itu ia tangani.
Baca Juga: Liburan Bek Atletico Madrid Berujung Petaka: Jadi Korban Perampokan Bersenjata
Namun, harapan tinggi itu tak sejalan dengan kenyataan.
“Lingkungan saat itu tidak memperlakukannya dengan layak,” ujar Sabatini.
“Bahkan ada yang mengejeknya dengan sebutan 'Stanlio', tokoh dari film Laurel and Hardy, karena gaya bicaranya yang dianggap aneh.”
Baca Juga: Here We Go! Junior Kevin Diks Sudah Mendarat di Barcelona
Sabatini mengakui bahwa cemoohan itu sangat melukai perasaan Enrique.
"Kami—saya, Baldini, dan Pallotta—sudah memohon agar dia tetap bertahan, tapi dia tak ingin tahu. Ia sudah sangat kecewa."
Meski hanya semusim di Olimpico, warisan Enrique tak sepenuhnya gagal. Daniele De Rossi, legenda Roma, disebut bahkan sampai mengatakan,
Baca Juga: Penebas Ole Romeny, Paulinho Moccelin Pernah Merugi Rp314 juta Gegara Ini
"Ini seperti pertama kalinya saya benar-benar bermain sepak bola."
Gaya melatih Enrique yang menuntut pemahaman taktik tinggi dan kerja keras benar-benar membuka cakrawala baru bagi para pemain.
“Luis adalah idola bagi sebagian besar pemain, kecuali dua atau tiga,” ungkap Sabatini. “Ia meminta hal-hal yang belum pernah diminta oleh pelatih sebelumnya.”
Baca Juga: Terungkap! Paulinho Penebas Ole Romeny Pernah Disanksi Berat di Brasil
Kini, Enrique menangani Paris Saint-Germain (PSG) dan meraih kesuksesan dengan pendekatan berbeda dari era Messi-Neymar-Mbappe.
Menurut Sabatini, perbedaannya terletak pada semangat berkorban dan etos kerja pemain seperti Dembélé dan Kvaratskhelia.
Ia menilai Enrique membentuk tim penuh keyakinan dan kebanggaan—dua hal yang sulit ditanamkan pada tim bertabur bintang egois.
Kontributor: M.Faqih