Tottenham Juara Liga Europa, Son Heung-min: Saya Orang Paling Bahagia di Dunia [Instagram Son Heung-min]
Bolatimes.com - Tottenham Hotspur juara Liga Europa musim ini. Di partai final yang berlangsung di Stadion San Mames, Bilbao, Son Heung-min Cs kalahkan Manchester United 1-0.
Son Heung-min pun mengakhiri penantian panjang tanpa gelar bersama klub London itu.
Sukses membawa Spurs meraih gelar juara Liga Europa, Son mengaku seperti orang paling bahagia di dunia.
“Hari ini mimpi menjadi kenyataan. Saya merasa seperti orang paling bahagia di dunia,” ujar Son dikutip dari TNT Sports.
tunggal kemenangan Tottenham dicetak Brennan Johnson pada babak kedua, untuk memastikan satu-satunya gelar yang berhasil diraih klub tersebut dalam satu dekade terakhir.
Bagi Son, yang telah berseragam Spurs sejak 2015 dan menjadi pencetak gol terbanyak kelima sepanjang sejarah klub, momen ini menjadi puncak dari perjalanan panjangnya.
“Saya benar-benar merasakan tekanan. Dalam tujuh hari terakhir, saya terus memimpikan pertandingan ini setiap malam,” kata pemain Korea Selatan itu.
Pemain berusia 32 tahun tersebut menjadi satu-satunya anggota skuad Spurs yang juga tampil saat mereka kalah di final Liga Champions 2019, yang saat ini sukses menebus kegagalan itu di panggung Eropa.
Kemenangan ini sekaligus mengamankan tiket Tottenham ke Liga Champions musim depan, meskipun mereka terpuruk di peringkat ke-17 klasemen akhir Liga Inggris musim ini.
Son juga menyampaikan terima kasih kepada para para penggemarnya di kampung halaman yang menyaksikan laga final tersebut pada pukul 04.00 pagi waktu setempat.
“Saya sangat bangga menjadi orang Korea. Terima kasih untuk semua fans di Korea yang tetap mendukung saya meski harus begadang,” tutupnya.
Sementara itu, pelatih Spurs, Ange Postecoglou, menyatakan hasratnya untuk melanjutkan proyek pembangunan tim usai Spurs juara.
“Saya sangat lapar untuk membangun ini. Kami punya skuad yang sangat muda. Anda bisa bicara soal kesuksesan, tapi sampai mereka merasakannya sendiri, semuanya tidak akan nyata,” kata Postecoglou.
Gelar ini merupakan trofi Eropa pertama Spurs sejak Piala UEFA 1984.
Meski mengukir kesuksesan di Eropa, nasib Postecoglou masih belum aman karena performa Tottenham di Liga Inggris musim ini sangat mengecewakan. Klub London Utara itu finis di posisi ke-17, dan nyaris terdegradasi.
“Orang-orang bisa membicarakan soal 20 kekalahan kami di liga, tapi mereka melewatkan inti dari apa yang sedang saya bangun di sini,” tegas pelatih asal Australia tersebut.
Postecoglou, yang dikenal sukses membawa gelar di klub-klub sebelumnya seperti Celtic, Yokohama F. Marinos, dan Brisbane Roar, menyebut dirinya siap untuk melanjutkan pekerjaan jika diberi kesempatan.
“Saya bukan orang yang santai soal masa depan, tapi saya akan kecewa jika tidak bisa melanjutkan jalur ini,” katanya.
Pelatih berusia 59 tahun itu menegaskan bahwa keputusan soal masa depannya bukan berada di tangannya. Meski begitu, ia yakin gelar Liga Europa ini bisa menjadi titik tolak perubahan budaya klub.
“Menang adalah satu-satunya hal yang bisa mengubah klub ini. Saya bilang kami akan menang di musim kedua, dan saya sungguh percaya itu,” ujarnya.
Dengan kemenangan ini, Tottenham juga mengamankan tiket ke Liga Champions musim depan—memberikan harapan baru bagi para penggemarnya meski performa di liga domestik sangat mengecewakan.